Minggu, 04 Mei 2014

Komitmen vs Perasaan

Seringkali perasaan membuat paradigma kita berubah, cara pandang terhadap sesuatu berubah total, bahkan perasaan membuat banyak orang membatalkan sebuah komitmen. kehidupan yang demikian ironis, jika sering di alami oleh orang yang mengaku dirinya Kristen. 
Kita perlu pahami bahwa kita tidak boleh membiarkan perubahan perasaan membunuh konsistensi komitmen kita dalam sebuah hubungan dgn sesama (pacar, pasutri, sdr, tmn, org tua) dan terutama dgn Tuhan. Namun, mari kita lihat realita yg di alami dgn mata hati & pikiran yg jernih dlm bimbingan Roh Kudus, apa yg perlu kita lakukan terhadap tantangan & persoalan yg di alami?
Komitmen adalah keberanian untuk dengan sadar mengikatkan diri dengan janji untuk mengerjakan sesuatu sampai masa depan. Batasan komitmen yang sesungguhnya ialah adalah masa depan. Ketika kita berbicara komitmen berarti sedang membicarakan masa depan (selamanya, tanpa ada batasan periode tertentu).

Sikap yg cepat-cepat mengambil keputusan krn faktor emosi (perasaan) merupakan cerminan orang yg tidak dewasa. Salah satu parameter utk melihat seseorang yg dewasa ialah bagaimana seseorang membuat suatu keputusan dgn sikap yg tepat dgn prinsip kebenaran.

Perpecahan itu bisa terjadi krn sebagian memutuskan utk tunduk kpd perasaan dr pd komitmen yg telah dibuat dihadapan hadapan Tuhan.
Orang yang dewasa rohaninya akan menyadari sukarnya hidup ini, namun mereka tau dibalik kesukaran, ada kelegaan dan sesuatu yang indah di hari depan. Realita salib & iman benar yg membawa kita kpd kematangan sbg pemenang.

Dikutip dr Facebook: Ridho Musa
Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar