Jumat, 10 Oktober 2014

Pengertian Dosa

DOSA

        Kata dosa dalam bahasa Ibrani חטאkhâtâ' artinya melakukan dosa, tidak mengenai, luput; ibarat seseorang yang memanah tetapi anak panahnya tidak kena sasaran. Kata "dosa" dalam bahasa Yunani ialah hamartia artinya meleset dari sasaran yang ditujuh. Kedua kata "khâtâ' dan hamartia" ini mengandung pengertian yang sama, yaitu tidak tepat sasaran, artinya melakukan sesuatu tidak tepat atau tidak benar seperti yang diperintah, manusia melakukan sesuatu diluar perintah Allah, artinya manusia melakukan apa yang ditawarkan, manusia melakukan sesuai tipuan zatan atau iblis, seperti yang dilakukan oleh Adam dan Hawa.

Berbicara tentang dosa, dari mana datangnya dosa? Ada dua formula dosa; f-1. Datang dari dalam. Datang dari dalam artinya datangnya dari dalam diri manusia, f-2. Datang dr luar. Datang dari luar artinya pengaruh yang datang dari luar diri manusia  atau pengaruh dari zatan.

       Awal mula dan Proses terjadinya Dosa
     Setelah mencermati cerita tentang peristiwa kejatuhan manusia  ke dalam dosa. Pintu masuknya dosa ke dalam diri manusia ialah masuknya melalui pikiran-hati manusia. Penyebab pertama ialah ada keraguan manusia terhadap firman atau perintah Allah (Kejadian 3:4-5). Ketika iblis memutar balikan firman Tuhan bahwa manusia akan menjadi seperti Allah. Muncul suatu keraguan terhadap firman Allah, ada suatu pertimbangan yang agak kacau, yang seolah-olah logis, manusia memikirkan bahwa mungkin benar juga apa yang dikatakan oleh iblis, jika manusia memakan buah yang dilarang oleh Allah maka manusia akan menjadi seperti Allah (Kej. 3:6), ada suatu pertimbangan manusia kurang sehat, sehingga manusia memutuskan mengambil buah tersebut, memakan dan juga memberikan kepada suaminya. Ini merupakan suatu bukti bahwa dosa telah terjadi dalam diri manusia. Pada hal manusia mempunyai waktu sepersekian detik untuk memilih dan memutuskan untuk taat pada Firman atau ikuti perkataan zatan/iblis?
    Makan buah hanyalah suatu bukti bahwa manusia tidak taat kepada Allah, manusia mengikuti apa yang dikatakan iblis (ular), substansinya ialah melanggar kehendak Allah, ketidaktaatan terhadap perintah Allah. Menurut pandangan saya, untuk pertama kalinya dosa terjadi dalam diri manusia ialah muncul keingintahuan seperti Allah, sangat jelas di ayat 4-5 bahwa iblis menawarkan, mengoda dan manipu manusia, bahwa manusia akan menjadi seperti Allah dan ironisnya manusia menuruti apa yang dikatakan iblis (ayat 6). Sama seperti yang terjadi pada diri Iblis atau Zatan bersama pengikut-pengikutnya (Wahyu 12:7-9).

Refleksi
      Alkitab menginformasi dengan jelas bahwa dosa telah masuk kepada semua orang dan semua orang telah berbuat dosa, manusia telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 5:12, Roma 3:23). Dosa menjadi penghalang antara manusia dengan Allah. Manusia tidak lagi bisa mempunyai hubungan yang harmonis seperti yang semula dengan Allah. Sekalipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, melanggar perintah Allah, namun Allah yang kita sembah ialah Allah yang panjang sabar, Ia mengutus AnakNya untuk menebus manusia dari dosa (maut) supaya setiap orang percaya kepadaNya memperoleh hidup yang kekal ( Yoh. 3:16). Kata percaya sendiri dalam Alkitab, percaya atau iman pisteuw pada prinsipnya mengandung pengertian bukn sekedar percaya, namun mengandung arti: 1. mempercayakan diri dan melepaskan hak, 2. bertanggung jawab, 3. dapat diandalkan. Artinya kita percayakan hidup ini kepada Allah dan bagian manusia ialah mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya.
       Ketika berbicara tentang percaya maka sudah pasti berbicara tentang berbuat baik dan mengerjakan apa yang menjadi kewajiban kita sebagai manusia. mencintai sesama seperti diri kita sendiri ( Matius 22:37-40). Kita harus menunjukkan kepada dunia melalui perbuatan kita bahwa kita adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus (Filipi 2:12). Oleh karenya, mulai saat ini kita harus sadar bahwa kita banyak kali berbuat dosa dan menyakiti hati Tuhan, marilah kita berbalik 180 derajat kepada Allah. Kita bisa jauh dari dosa, jika kita intim dengan Tuhan, rajin membaca Friman Tuhan, tak sekedar memcaba merenungkan dan mempelajarinya dan suatu hal yang pasti ialah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari sepanjang kehidupan ini ada. Keputusan ada ditangan manusia, mengikuti firman Tuhan atau tidak? "orang yang hidup di dalam Firman, ia memiliki Allah" (2 Yoh. 1:9, 1 Yoh. 2:6). Semoga bermanfaat. Salam sejahtera untuk semuanya.

Jumat, 13 Juni 2014

Melihat Inklusif dari Perspektif Ekslusif



Pertentangan pemikiran yang terjadi di dalam pemikiran zaman sekarang, bukanlah hal yang baru. Aroma tersebut bukan  baru tercium saat ini, bukan hanya terjadi zaman sekarang melainkan sudah berlangsung dari zaman ke zaman.
Salah satu masa yang sangat menimbulkan masalah sekaligus menyelesaikan banyak persoalan terutama persoalan etis. Pertengan pemikiran yang terjadi, melahirkan suatu perdebatan antara kaum agamis dan rasionalis, bahkan sikap saling tuduh-menuduh terjadi di antara kedua golongan tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa tak hanya hal negative yang terjadi dari era kebangkitan rasionalisme atau zaman perncerahan, banyak hal positif yang merupakan akibat dari gerakan ini. Juga tak dapat dipungkiri bahwa banyak hal negative, dimana persoalan agama di campuradukan dengan persoalan ilmu pengetahuan, tanpa bisa membedakan mana yang persoalan ilmu pengetahuan dan mana persoalan agama, persoalan rasio dan iman.
Tak bisa dipungkiran bahwa sejak awal, dalam bahasa penulis bahwa agama (iman) tidak bertemu dengan ilmu pengetahuan, karena ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan oleh agama kepada ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan juga tidak bisa mengklaim bahwa ini salah dan itu salah, dan sebaliknya.
Harus diakui bahwa Ada hal-hal yang bisa diterima oleh agama yang dalam pandangan ilmu pengethuan meruapakan hal yang benar, tetapi dalam agama merupakan hal yang salah. Dan kedua pandangan ini masih berlangsung sampai saat ini. Banyak sekali orang-orang yang berwajahkan agama tetapi dasar pemikiran rasionalisme. Dimana banyak orang meng-Tuhan-kan rasio, rasiolah yang menentukan mana yang salah dan mana yang benar. Juga terjadi hal yang sama dimana berwajahkan rasio tetapi bertubuhkan agama. Bahkan tak sedikit juga memelihara kedua-duanya. Hal yang demikian menjadi persoalan yang membingungkan.
Persoalan seperti yang di atas juga terjadi dalam agama. Masing-masing agama mempunyai keyakinan yang berbeda-beda dan masing-masingnya saling mengklaim bahwa agama ini salah dan agama itu salah. Bahkan sudah terjadi banyak hal negative yang terjadi akibat dari sikap saling mengklaim tersebut. Bahkan agama tidak bisa duduk bersama dalam menyelesaikan konflik kemanusiaan. Karena persoalan yang bersifat dogmatis. Dalam hal dogma pun mengandung banyak perbedaan, yang seharus perbedaan tersebut merupakan suatu keragaman yang membuka mata untuk melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Keragama seharusnya dijadikan sebagai bahan yang pertimbangan dalam perenungan. Bukan menjadi sebuah persoalan yang memecah-belah yang mengacaukan kedamaian di antara manusia.
Kerukunan harus ditunjukkan oleh masing-masing kelompok, sekalipun banyak perbedaan yang terjadi. Memang banyak hal yang harus dikorbankan dalam kepentingan bersama, banyak sekali hal yang harus dikorbankan untuk memelihara kedamaian. Salah satu persoalan yang sulit dihilangkan oleh orang pada umumnya ialah egosentris. Hal ini seharusnya tidak baik untuk kita pertahankan, karena membawa suatu keegoisan tak dapat disadari sebagai hal yang tidak baik, yang merusak kedamaian.



Melihat Inklusif dalam perspektif Eksklusif lebih Jauh

Dalam hal ini teolog berperan penting untuk menciptakan suatu kondisi yang baik, yang bisa mempertemukan dan duduk bersama untuk memelihara kedamaian. Dalam tradisi agama, teologi dipandang sebagai unsur yang paling penting yang mendasari sebuah agama. Tanpa teologi maka agama tidak ada. Karena itu, dapat dipahami bahwa teologi menjadi bidang kajian yang mengtradisi dalam sebuah agama. Oleh karenanya, teolog berperan penting dalam menyelesaikan persoalan dogma. Bukan malah menciptakan kekacauan. Harus mampu membedakan iman dan pengetahuan. Karena tak semua hal tak bisa di jawab dengan akal, juga sebaliknya. Karena iman dan akal seperti dua sisi mata uang, yang saling melengkapi.
Dalam hal ini salh satu pandangan yang menyatakan bahwa pandangan “pemelihara hubungan, kedamaian” juga tak mampu memberikan pengaruh yang signifikan kepada agama. Banyak sekali usaha untuk bagaimana menyatukan berbagai pandangan untuk memelihara hubungan yang baik di antara agama-agama.
Penulis melihat ini merupakan hal yang positif, tetapi penulis melihat berbagai pandangan inklusif yang mencapuradukan persoalan iman dan akal. Penulis beranggapan bahwa dalam pembahasan tentang iman dan akal, harus melatakkan persoalan iman pada posisi masing-masing. karena penulis melihat bahwa dalam hal tertentu iman logika tidak bisa bersatu, dan hal ini sudah berlangsung dari zaman ke zaman.
Penulis dalam hal tertentu inklusif secara implisit mengandung relativisme. Penulis melihat bahwa inklusif adalah hasil dari pemikiran filsafat era post-modern yang anti terhadap segala proposisi, anti terhadap segala ide mengenai kemutlakan dimana filsafat post-modern berpijak diatas dasar relativisme murni, walaupun pada kenyataannya terjebak pada kemutlakan pemikiran manusia secara subyektif, yang mengakibatkan timbulnya epistemology subjectivism, yaitu suatu konsep kebenaran yang menganggap bahwa sesuatu adalah benar dan hanya benar jika dinyatakan benar oleh seseorang/sekelompok orang, dimana pada dasarnya pemikiran tersebut tidak akan meng-intervensi pemikiran orang/kelompok lain yang berbeda pandangan dengan kelompoknya selama tidak terjadi konflik atau bersinggungan dengan kepentingan masing-masing kelompok.
Secara umum berbeda tetapi tetap menjadi satu tujuan yaitu memelihara kedamaian, memelihara keharmonisan serta suatu kerukunan yang ditunjukkan oleh masing-masing kelompok, namun pada dasarnya telah menyimpang dari hakekatnya. Permasalahan di sini ada pada landasan filosofis-nya dimana pendapat subyektif manusia-lah yang menjadi penentu apakah sesuatu hal itu benar atau tidak benar, karena (secara mutlak) tergantung kepada diri manusia itu sendiri. (bdk. Kejatuhan Manusia – Kejadian 3:1-24).

Suatu pertanyaan yang seharusnya timbul adalah: "Apakah manusia yang secara hakekat bersifat relatif dengan pemikiran yang subyektif tersebut dapat menjadi verifikator dari suatu kebenaran?
Konsep kebenaran didalam Iman Kristen dengan tegas sekali menyatakan bahwa sesuatu adalah benar dan hanya benar jika dinyatakan benar oleh Firman Tuhan. Dalam hal keselamatan yang menjadi persoalan utama kaum agamis. Iman Kristen dengan jelas mengatakan;
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran (alētheia; kebenaran hakiki/sejati) dan hidup (kekal). Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. - Yohanes 14:6 Kristuslah kebenaran hakiki/sejati dan hanya didalam Dia-lah ada kehidupan kekal (keselamatan), diluar Kristus sama sekali tidak ada keselamatan.
Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia(Kristus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." – Kisah Para Rasul 4:12.
Sifat keselamatan yang eksklusif ini yang menjadi pertentangan orang dunia, karena dunia ini telah jatuh kedalam dosa dan menjadi dunia yang berdosa, sehingga orang dunia lebih senang dengan ide pluralisme yang berdiri diatas paham humanistik dan anti proposisi, daripada ide tentang ke-absolut-an yang menuntut ketaatan yang mutlak (bdk. Mat 16:24), memiliki ketaatan penuh kepada Firman.
        Firman Tuhan dengan eksklusivitas keselamatan diatas telah secara langsung menggugurkan konsep pemikiran pluralisme yang menganggap semua agama adalah “sama” dan sama-sama mengajarkan kebaikan (tidak ada agama yang mengajarkan hal yang tidak baik), akan tetapi konsep perbuatan baik dalam ke-Kristenan adalah respon terhadap Anugerah Allah yang mendahului respon manusia, Allah yang mencari manusia bukan sebaliknya (dengan perbuatan dan amal-ibadah manusia).
Persoalan keselamatan yang bersifat eksklusif berlandaskan pada penerimaan Alkitab sebagai sepenuhnya Firman Allah. Sedangkan penulis melihat, inklusif beranggapan bahwa Firman Alkitab berisikan firman Allah. Di mana sebagian dari isi Alkitab adalah hal fiktif belaka. Dianggap sebagai mitos saja. Dimana gagasan dan pandangan seperti ini bukanlah hal yang baru melainkan pokok pemikiran seprti ini sudaha ada, seperti Rudolf Bultman, yang memandang bahwa Alkitab sebagai mitos. Yang kurang lebih seperti cerita rakyat yang mengandung pesan moral saja.
Penulis melihat bahwa pandangan inklusif seperti manusia yang berbaju iman tetapi bertubuh logika. Inklusif memakai berbagai ayat Alkitab tetapi memahaminya dengan logika murni. Inklusif tidak baik memhami wahyu sebagai seperti memahami tulisan biasa.
Penulis tahu bhawa inklusif pemikiran yang demikian di anggap sesuatu yang sangat tradisional. Namun, penulis melihat bahwa pokok pemikiran dan cara pandang inklusif juga merupakan pokok pemikiran historis kristis, yang pada dasarnya bangkit melawan teologi. Karena dalam masa lalu teologi menjadi penguasa atas ilmu pengetahuan. Tetapi beranggapan bahwa inklusif harus berangkat dari metode dan cara memandang Alkitab dengan caranya sendiri. Tidak seperti orang yang bertubuh kecil yang bersembunyi dibalik jubah, yang kelihatan dirinyalah bahwa itulah dia yang sesungguhnya. Inklusif harus melihat secara objektif bahwa semua persoalan iman tak sepenuhnya dapat dipahami dengan logika, misalnya dalam penerimaan Alkitab sebagai sepenuhnya Firman Allah.
Penulis mengakui banyak kekurangan kekurangan dari pandangan yang berifat eksklusif, banyak yang menimbulkan persoalan bagi sebagian orang. Namun, penulis melihat bahwa persoalan yang timbul bukanlah terletak pada Alkitabnya tetapi cara pandang dan sikap yang esktrim yang dibrengi dengan egosentris. Penulis melihat bahwa ini juga merupakan kemunduran dari para teolog, dan merupakan hal yang perlu dilakukan perbaikan.
Sikap Inklusif secara implisit yang sangat kental sekali dengan relativisme, yang tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh dengan rasionalisme. Walaupun tidak seekstrim paham rasionalisme yang meng-Tuhan-kan akal atau logika.

Penulis melihat bahwa inklusif tidak cermat melihat persoalan dogma. Harus diakui bahwa Alkitab tidak ditulis untuk menjawab semua pertanyaan ilmu pengetahuan. Tidak semua hal yang tidak bisa dijawab tersebut, bukanlah berarti tidak terjadi. Tidak semua yang dianggap mitos, terutama tulisan-tulisan dalam Alkitab. Dan semua anggap yang demikian harus kembali kapada pertanyaan, bagaimana inklusif menerima Alkitab, Apakah Alkitab sepenuhnya Firman Allah atau tidak?
Dalam banyak diskusi, penulis melihat bahwa konsep pemikiran yang demikian merupakan wajah lama, bukan sesuatu yang baru. Dengan bahasa penulis, kemasan baru tetapi isi klasik. Kita tidak bisa mengorban nilai-nilai hakiki dari kekristenan untuk menjalin sebuh hubungan. Apakah Alkitab kurang untuk menjelaskan bagaimana menjalani hubungan dengan individu atau pihak lain?
Penulis melihat Alkitab kurang memberikan informasi bagaimana menjadi manusia yang baik. Yang mampu bersatu dengan individu atau dengan pihak lain. Hanya saja dalam implementasinya manusia kurang memahami dengan baik. Tidak dapat disangkan bahwa sebagian dari pihak Kekristennan dalam membangun relasi dengan agama lain sangat tertutup. Juga terbentur persoalan yang bersifat dogmatis. Namun, penulis melihat permasalahan yang paling besar bukanlah kepada dasar pengajarannya tetapi pada pendekatan dan penerapannya yang masih diperlukan perbaikan. Jangan sampai individu terkontaminsi dengan dasar yang dibangun oleh pemikiran duniawi (Kolose 2:8). John Calvin pernah mengatakan bahwa “biarlah Alkitab membuktikan dirinya adalah Firman Allah”.

 
PENUTUP

Memelihara kerukunan antar sesama pemeluk agama adalah suatu hal yang sangat penting, demikian pula dengan menghargai pendapat ataupun pandangan orang lain, akan tetapi setiap orang Kristen tidak boleh kehilangan identitas dirinya dengan menyama-ratakan semua pandangan kepercayaan, agama dan keyakinan.
Firman Tuhan bersifat mutlak dan merupakan satu-satunya dasar bagi setiap manusia, pemahaman inilah yang seharusnya memberi kita semangat untuk membawa berita Injil, berita keselamatan yang eksklusif didalam Kristus akan tetapi disediakan bagi setiap orang (percaya) tanpa pandang suku, bangsa, ras, golongan atau latar-belakang apa pun juga.
Orang Kristen tidak boleh bersembunyi dibalik balik juba orang lain, orang Kristen harus memakai jubahnya sendiri. Banyak kekurangan dlam kekristenan, tetapi permasalan utama ada pada manusia dalam manggapi firman yang memakai dpemikirannya dibangun di atas pemikiran duniawi. Untuk melakukan hal yang benar memang banyak hal yang perlu dikorbankan, yaitu ego kita. Kebergantungan terhadap Roh Kudus sangat penting dalam memahami Alkitab dengan baik dan benar. *(tulisan ini adalah pendapat yang belum sempurna & kokoh).
“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”
________________________________________________________
Sumber Inspirasi:

1. Dister, Nico Syukur (2004). Teologi Sitematika “Ekonomi Keselamatan”. Yogyakarta: Kanisius.
2.  Erickson, Millar J (2004). Teologi Kristen I – vol III. Malang: Gandum Mas.
3.  Hardiman, Budi F. (2004). Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka.
4.  Pilarzyk, Daniel E (2002). Baerpikir Katolik. Jakarta: Obor.

Minggu, 04 Mei 2014

Komitmen vs Perasaan

Seringkali perasaan membuat paradigma kita berubah, cara pandang terhadap sesuatu berubah total, bahkan perasaan membuat banyak orang membatalkan sebuah komitmen. kehidupan yang demikian ironis, jika sering di alami oleh orang yang mengaku dirinya Kristen. 
Kita perlu pahami bahwa kita tidak boleh membiarkan perubahan perasaan membunuh konsistensi komitmen kita dalam sebuah hubungan dgn sesama (pacar, pasutri, sdr, tmn, org tua) dan terutama dgn Tuhan. Namun, mari kita lihat realita yg di alami dgn mata hati & pikiran yg jernih dlm bimbingan Roh Kudus, apa yg perlu kita lakukan terhadap tantangan & persoalan yg di alami?
Komitmen adalah keberanian untuk dengan sadar mengikatkan diri dengan janji untuk mengerjakan sesuatu sampai masa depan. Batasan komitmen yang sesungguhnya ialah adalah masa depan. Ketika kita berbicara komitmen berarti sedang membicarakan masa depan (selamanya, tanpa ada batasan periode tertentu).

Sikap yg cepat-cepat mengambil keputusan krn faktor emosi (perasaan) merupakan cerminan orang yg tidak dewasa. Salah satu parameter utk melihat seseorang yg dewasa ialah bagaimana seseorang membuat suatu keputusan dgn sikap yg tepat dgn prinsip kebenaran.

Perpecahan itu bisa terjadi krn sebagian memutuskan utk tunduk kpd perasaan dr pd komitmen yg telah dibuat dihadapan hadapan Tuhan.
Orang yang dewasa rohaninya akan menyadari sukarnya hidup ini, namun mereka tau dibalik kesukaran, ada kelegaan dan sesuatu yang indah di hari depan. Realita salib & iman benar yg membawa kita kpd kematangan sbg pemenang.

Dikutip dr Facebook: Ridho Musa
Semoga bermanfaat!

Sabtu, 08 Maret 2014

Pertumbuhan Gereja adalah Pekerjaan Allah

 Di Ambil dari Buku: Teologi Pertumbuhan Gereja (bab 4) – George W. Pitters

           Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Gereja adalah jemaat Allah. Oleh karena Gereja merupkaan jemaat Allah, maka pertumbuhan gereja baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif aadalah karya Allah. Tuhan untuk pertama kalinya dengan tegas menyebutkan dalam Perjanjian Baru: Matius 16:18 dengan penuh wibawa menyatakan, “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu” dapat di katakana sebagai pemberitaan yang pertama rencana mulian Allah untuk mendirikan gereja seperti yang dimanisfestasikan dalam gereja Kristus. Ada empat unsur dikemukakan secara jelas dalam rencana mulia pada Matius 16:18 ini, yaitu:

   1. Dasar Gereja: Yesus Kristus sendiri, batu karang yang itu, adalah dasar dan batu penjuru utama (Yes. 28:16; bdg. 1 Kor. 3:11; Ef. 2:20, 1 Petrus 2:6-8).

      2. Pendiri Gereja: Yesus Kristus sendiri adalah pendirinya.

      3. Seteru Gereja: Alam (gerbang) maut memusuhinya.

      4. Ketahanan Gereja: Gereja akan bertahan dan menang.

    Jadi, sejak permulaan dari gereja, Tuhan menekankan bahwa pertumbuhan gereja adalah pekerjaan dari Allah. Di akhir Injilnya, Markus memberitahukan kepada kita bahwa para rasul “Pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja, dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mark. 16:20). Bahkan lebih jelas dan tegas dari keyakinan Paulus, bahwa adalah pekerjaan Allah. Paulus menulis; “aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan” (1 Kor. 3:6-7). Pekerjaan Allah Trinitas dalam Pertumbuhan GerejaWalaupun Alkitab tidak menguraikan dengan perkataan yang jelas mengenai pembagian tugas dari Trinitas, namun pengaturan seperti itu tersirat dalam ucapa-ucapa dari Tuhan dalam Yoh. 14-15.  Dari Alkitab dapat disimpulkan adanya tatanan dan hubungan tertentu mengenai pekerjaan dari Allah Trinitas (Yoh. 5:30, 7:16; 8:28-29; 10:37-38).

        Trinitas menyusun rencana penyelamatan, Bapa yang menjanjikannya, Anak yang mendapat janji itu, dan Roh Kudus yang melaksankannya. Walaupun tampaknya pembagian seperti ini terkesan memaksa rencana manusia terhadapa misteri Ilahi, tetap dari Injil Pernyataan Injil Yohanes dan ucapan-ucapa Paulus dalam Efesus 1:3-14 tampak mendukung gambaran seperti ini (Yoh. 3:16-17, Mark. 10:45, 2 Kor. 5:18-21, Filipi 2:5-8; 1 Tim. 2:6-6, Yoh.2:1-2).Pada hari Pentakosta Roh Kudus dicurahkan secara tak terhingga oleh Bapa serta Anak, dan untuk tujuan khusus. Dia di utus kedunia ini sebagai parakletos “penolong” dari keAllahan (Yoh. 14:16, 26, 15:26; 16:7). Penolong adalah sebutan resmi Roh Kudus mengingat pekerjaan-pekerjaanNya sejak pentakosta. Dalam Alkitab salinan septuaginta, disebutkan sebagai penolong, Roh Kudus adalah wakil, pembela, pelaksana, yang mewujudkan – oknum atau pribadi dari keAllahan yang bertanggung jawab atas rencana dan misi Ilahi sepanjang zaman, dan menjadi administrator atas kepentingan-kepentingan dunia ini. 


Roh Kudus dan Potensi yang Tinggi

         Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus hadir di antara manusia untuk maksud-maksud tertentu yang resmi – memilih orang-orang tertentu untuk fungsi-fungsi, berbagai tanggung jawab, dan tugas-tugas khusus – bukan dalam kapasitas resmi yang sepenuhnya sebagai parakletos, penolong, penghibur menurut pengertian dalam PB. Sejak Pentakosta ada pelayanan baru yang mendalam dari Roh Kudus. Griffith Thomas mengatakan Bahwa: “Perjanjian Baru semata dikaitkan dengan penebusan, sedangkan doktrin yang lebih luas dalam mengenai hubungan Allah terhadap dunia tercermin dalam Logos, Oknum kedua dari Trinitas (Yoh. 1:9; Kol. 1:16-17; Ibr. 1:2-3a).Sebagai penolong Dia mendirikan, menjaga dan memelihara, dan mengembangkan gereja serta akan membawa gereja pada tujuan yang kekal.

     Lalu bagaimana sikap kita terhadap Roh Kudus dalam kaitannya dengan umat manusia sejak Pentakosta? Menerima begitu saja, bahwa Roh Kudus melanjutkan pelayanan penyataan dan pengilhamanNya untuk melengkapi Perjanjian Baru. oleh karena pencurahan Roh Kudus pada pentakosta telah membuat zaman ini sebagai zaman Roh Kudus maka kita dapat mengharapakan intensifikasi (penguatan) pekerjaan Roh Kudus di dalam dunia secara keseluruhan.Roh Kudus bukan hanya mengantarkan kepada zaman penginjilan, tetapi secara meankjubkan menciptakan atmosfir (suasana) bagi penginjil di mana gereja bisa bekerja.


 Pekerjaan Roh Kudus dari sudut pandang:

    1. Penciptaan potensi Tinggi

     Tuhan memakai perumpamaan-perumpamaan, lambang-lambang, dan kiasan untuk menjelaskan keadaan-keadaan hidup secara realistis dan grafis. Dalam Alkitab ada banyak sekali gambaran tentang penuaian (Mat. 9:37) bahwa tuaian sudah matang (Yoh. 4:35). Salah satu bukti tentang orang2 percaya mereka menyebar keseluruh penjuru dunia (Kis. 8:1).
Ada 5 unsur dalam penuaian:     

           1. Benih yang tepat harus taburkan,
      2. Dibutuhkan orang untuk menabur benih,
      3. Perlu waktu untuk benih bertunas, bertumbuh dan masak;
      4. Musim-musim yang tepat juga penting;
      5. Perlu disiapkan orang dengan sabit untuk menuai.
Walaupun ada banyak ilmu yang dapat menyuntikan kesadaran, seperti psikologi sosiologi dan sejarah tetapi tidak bisa menciptakan kesadaran rohani kepada orang memaksa memahami kebutuhan-kebutuhan rohani dan mencari kesembuhan rohani, hanya Roh Kudus yang dapat menimbulkan kebangunan Rohani. Tidak bisa dibantah, terdapat lingkup misteri yang luas yang tidak bisa ditembus oleh akan manusia.


2.  Kejadian-kejadian sejarah dan potensi yang besar
    Tuhan memakai kejadian-keajadian sejarah dan pengalaman pribadi memainkan peranan penting untuk bagaiman manusia mengenalNya secara pribadi. Hal-hal demikian menciptakan masa-masa yang di mana Roh Kudus secara unik melipatgandakan kehadiran dan tindakanNya, kejadian-kejadian yang demikian menyediakan keadaan di mana Roh Kudus melepaskan kita dari keterikatan tradisi keagamaan, adat-istiadat yang selalu memperbudak mereka yang mengalaminya. Maka untuk kita diperlukan mentalitas penuaian.


 Roh Kudus dan Heilsgeschichte (Sejarah Penebusan/Keselamatan)   Alkitab tidak ragu mencatat, bahwa dalam beberapa hal Roh Kudus berhubungan dengan seluruh umat manusia (Kejadian 6:3; Ayub 32:8, 33:4, Maz. 139:6-7). Dia adalah Allah yang hadir di dunia dan berhubungan dengan seluruh sejarah. Apakah kehadiranNya mempengaruhi seluruh sejarah, Heilsgeschichte, atau sejarah keselamatan?


1. Heilsgeschichte dan sejarah pada umumnya
Secara global atau umum, Roh Kudus menjangkau semua bangsa dan membuat mereka turut melaksanakan sejarah, seperti yang terjadi pada orang-orang pilihan Allah yang memaiknkan peranan penting dalam sejarah sebagaimana halnya yang terjadi dengan Israel.


2. Heilsgeschichte dan Israel
Adalah fakta sejarah yang tidak bisa dibantah , bahwa Israel adalah alat monoteisme etikal dunia ini. Israel juga memberikan perspektif sejarah yang lurus yang memberikan arti dan tujuan penting bagi alam semesta dan bagi sejarah. Allah telah datang kepada setiap orang melalui perjanjianNya dan memperkenalkan diri melaui ucapan-ucapanNya dan tindakan-tindakan kepada bangsa yang terpilih menurut keadualatanNya sendiri. Allah secara unik mengitervensi dalam sejarah umat manusia, Ia memanggil Abram dari Ur-Kasdim. Roh Kudus melalui penyataanNya telah memberikan kepada umat pilihanNya pilihan ini kebenaran-kebenara rohani dan agama yang spesifik, teladan-teladan, konsep-konsep, hukum-hukum, pranata-pranata yang tidak dikenal oleh manusia pada umumnya dan diproklamasikan kepada seluruh dunia.


3. Heilsgeschichte dan Gereja
Dengan pengilhaman Roh Kudus mereka melaporkan peristiwa-peristiwa penyelamatan dan mencatat kebenaran rohani dan kebenaran yang kekal yang tertinggi dan yang paling penting bagi umat manusia. Menurut Heilsgeschichte, Paulus merupakan salah satu tokoh yang paling gigih dalam hal pertumbuhan gereja. Surat Roma merupakan rangkuman yang paling penting mengenai fakta sejarah dan Heilsgeschichte, berikut garis besarnya

    1. Alams emesta adalah ciptaan Allah. Ia memanisfestasikan Allah, ada di bawah kedaulaytanNnya, dan ia bertanggung jawab kepadaNya (Roma 1:18-dst).
2. Seluruh manusia adalah organism yang diciptakan dalam Adam. Alkitab tidak mempersalahkan kesatuan organism dari seluruh umat manusia. Paulus berpegang teguh padanya dan membangun di atasnya (Roma 5:12-21).
3. Dalam Adam seluruh manusia jatuh ke dalam dosa dan menjadi rendah (5:12-21).
4. Seluruh umat manusia mengikuti jalan dosa, dan karenanya bersalah serta menjadi rusak dalam segala aspek kehidupan, khususnya dalam aspek keagaamaannya (Roma 1:18-3:23).
5. Untuk memberikan penyataan yang  benar mengenai diriNya dan jalan keselamatan, Allah berkarya melalui system dan bangsa, pranata yang sebenarnya antara Allah dan manusia, Yesus Kristus (Roma 9-11; 1 Tim.2:1-15).
6. Semua manusia terwakili melaui inkarnasi, kehidupan, kematian dan kebangkitanNya dan tersedia keselamatan (Roma 5:12-21).
7.  Hanya ada satu jalan keselamatan yaitu melalui iman kepada Yesus Kristus (Roma 3:21-5:21).
8.  Penyelamatan Allah mempunyai implikasi yang luar biasa terhadap individu-individu, gereja, masyarakat baik bsecara moral maupun secara kesejarahan (Roma 12-16). Penyelamatan membebaskan seluruhnya (Roma 8:19-23).
9.  Jalan keselamatan tidak ditemukan oleh individu-individu. Ia datang dengan penyataan, dan dari firman Allah ia harus dikomunikasikan. Iman terjadi melalui pendengaran akan firman Tuhan (Roma 10:8-17; 16:25-26).
10. Paulus menyadari dirinnya dipanggil oleh Allah dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah untuk menuntun semua orang agar percaya dan taat (Roma 1:1-5; 16:25-27). Itulah tugas kerasulan dan untuk itulah ia bekerja keras dan maju memasuki daerah penginjilan.
Jadi gereja – yakni kehadiran umat Allah atau Firman Allah adalah penting baik untuk menciptakan potensi besar maupun untuk menjadi pengantara keselamatan melalui pemberitaan Injil Tuhan kita Yesus Kristus.


      Roh Kudus dan Sejarah Dunia

          Alkitab memperhadapkan kita dengan fakta-fakta, bukan teori-teori dan filsafat. Tidak seperti yang dikatakan oleh pengamat keallahan, Allah tidak pernah menarik diri (melepaskan diri) dari ciptaanNya. Roh Kudus selalu hadir di tengah bangsa-bangsa melaui berkat-berkat yang disedikan alam, maupun melalui hukuman-hukuman terhadap bangsa.Alkitab tidak mengemukakan secara detail dari sejarah dunia atau pemaparan yang lengkap tetapi ia menyempurnakan prinsip-prinsip dan kerangka kerja;1. Tangan Allah selalu ada di atas peristiwa-peristiwa yang menimpa bangsa-banga;
2.  Dia adalah Raja di atas segala Raja dan Tuhan di atas segala Tuhan “Raja yang kekal” (Yeremia 10:10; 1 Tim. 1:17);
3.  Dia adalah Yang Maha Tinggi dari alam semesta, dan di dalam Dia ada kuasa dan otoritas tertinggi (Mat. 28:18; Maz.83:19; 103:20);
4.  Pemerintah-pemerintah dietapkan oleh Dia (Roma 13:1-7);
5.  Dia berkuasa mengangkat dan menurunkan mereka (Yer. 27:5; Daniel 4:25);
6.  Dia menetapkan masa-masa mereka dan batas-batas mereka (Ulangan 32:8; Luk. 21:24; Kis. 17:27).

\    Tuhan mempunyai rencana yang baik bagi semua bangsa dan kemurahanNya adalah untuk selama-lamanya (Maz. 106; 107; 118). Dan sejarah dunia tidak mungkin tanpa kehadiran Allah.



                                                            Facebook:  Ridho Musa
                                                            Twitter     :  Ridho Musa/putra_marthinuz
                                                             Email      :  ridho2208@gmail.com
                                                                            :  ms_ridho46@yahoo.com